KEMOLARAN & LAJU REAKSI
KEMOLARAN
V1.M1=V2.M2
V1=Volume sebelum pengenceran(liter)
M1=Molaritas sebelum pengenceran(M)
V2=Volume sesudah pengenceran(liter)
M2=Molaritas sesudah pengenceran(M)
Jawab :
Jawab :
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi tiap satuan
PERSAMAAN LAJU REAKSI
1. LUAS PERMUKAAN SENTUH
2. KONSENTRASI
3. SUHU
Kemolaran
adalah salah satu cara menyatakan kepekataan larutan. Kemolaran
menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap larutan. Kemolaran
dinyatakan dengan lambang M. Berikut Rumus Kemolaran :
V1.M1=V2.M2
V1=Volume sebelum pengenceran(liter)
M1=Molaritas sebelum pengenceran(M)
V2=Volume sesudah pengenceran(liter)
M2=Molaritas sesudah pengenceran(M)
Contoh Soal :
1. Sebanyak 16,4 gram Ca(NO3)2 dilarutkan dalam air hingga volume 250 ml. Jika diketahui Mr Ca(NO3)2 = 164, tentukan Konsentrasi larutan !
2.
Sebanyak 50 ml larutan HCl 0,2 M ditambah air hingga membentuk larutan
HCl dengan konsentrasi 0,05 M. Hitunglah volume air yang harus
ditambahkan !
M1 . V1 = M2 . V2
0,2 . 50 = 0,05 . V2
V2 = 200 ml
V air = 200-50 = 150 ml
Hubungan Kemolaran dengan Kadar Larutan
Kadar
menyatakan massa zat terlarut dalam 100 gram larutan, sedangkan
kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter larutan.
Oleh karena massa merupakan hasil kali volum dengan massa jenis, maka
kemolaran larutan dapat ditentukan jika kadar dan massa jenisnya di
ketahui.
Sebaiknya Anda Tahu !
Menambahkan air ke dalam asam sulfat pekat sangat berbahaya.
Ketika
mengencerkan asam sulfat pekat, kita menambahkan asam sulfat ke air,
tidak sebaliknya. Hal itu karena percampuran asam sulfat dengan air
sangat eksoterm dan massa jenis asam sulfat pekat lebih besar daripada
air.
Jika
air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat akan membentuk lapisan
dengan asam sulfat di lapisan bawah. Ketika asam sulfat dan air
bercampur, terbentuk panas yang dapat menyemburkan air di lapisan atas.
Jika asam sulfat yang ditambahkan ke dalam air, maka asam sulfat akan
segera menyebar sehingga lebih aman. Namun demikian, penambahan asam
sulfat ke dalam air tetap harus dilakukan secara hati-hati, sedikit demi
sedikit.
LAJU REAKSI
waktu :
Reaksi = A + B à C, dapat diartikan:
a. Berkurannya konsentrasi A dan B tiap satuan waktu
b. Bertambahnya konsentrasi C tiap satuan waktu
PERSAMAAN LAJU REAKSI
Pada reaksi: mA + nB à C, persamaan laju reaksi dapat dinyatakan dengan
v = k [A]m [B]n
v = laju reaksi
k = tetapan laju reaksi
[A] = konsentrasi/molaritas A
[B] = konsentrasi/molari tas B
m = orde/tingkat reaksi terhadap A
n = orde/tingkat reaksi terhadap B
m + n = orde reaksi total
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI
1. LUAS PERMUKAAN SENTUH
Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab semakin besar luas permukaan bidang sentuh antar partikel, maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi ; sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi. Untuk membuktikan dilakukan percobaan untuk melihat pengaruh
Luas permukaan bidang sentuh terhadap laju reaksi. Pengamatan dilakukan pada reaksi antara batu pualam (CaCO3) dengan larutan asam klorida dengan reaksi sebagai berikut :
CaCO3(s) + 2HCl(aq) → CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
Dari berbagai percobaan menunjukkan bahwa makin besar konsentrasi zat-zat yang bereaksi makin cepat reaksinya berlangsung. Makin besar konsentrasi makin banyak zat-zat yang bereaksi sehingga makinbesar kemungkinan terjadinya tumbukan dengan demikian makin besar pula kemungkinan terjadinya reaksi.
3. SUHU
Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu rekasi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil.
Pada umumnya, untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, laju reaksi akan naik menjadi dua sampai tiga kali cepat dari semula. Hal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pada umumnya, untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, laju reaksi akan naik menjadi dua sampai tiga kali cepat dari semula. Hal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
∆v = kenaikan laju reaksi T0 = suhu awal
∆T = kenaikan suhu (100C) v0 = laju reaksi awal
Tt = suhu akhit vt = laju reaksi akhir
4. KATALIS
Katalis adalah
suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa
mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis
berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk.
Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan
reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap
pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan
dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi
yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.
Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama: katalis homogen dan katalis heterogen.
Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan
pereaksi dalam reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen
berada dalam fase yang sama. Satu contoh sederhana untuk katalisis
heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan suatu permukaan di mana
pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerat. Ikatan dalam
substrat-substrat menjadi lemah sedemikian sehingga memadai
terbentuknya produk baru. Ikatan atara produk dan katalis lebih lemah,
sehingga akhirnya terlepas.
Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk suatu perantarakimia
yang selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu
proses yang memulihkan katalisnya. Berikut ini merupakan skema umum reaksi katalitik, di mana C melambangkan katalisnya:
A + C → AC (1)
B + AC → AB + C (2)
Meskipun katalis (C) termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya
dihasilkan kembali oleh reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya
menjadi :
A + B + C → AB + C
Beberapa katalis yang pernah dikembangkan antara lain berupa katalis Ziegler-Natta
yang digunakan untuk produksi masal polietilen dan polipropilen. Reaksi katalitis
yang paling dikenal adalah proses Haber, yaitu sintesis amoniak menggunakan besi biasa
sebagai katalis. Konverter katalitik yang dapat menghancurkan produk emisi kendaraan
yang paling sulit diatasi, terbuat dari platina dan rodium.